bookmark at folkd Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice Pontianak - Ningspara

Breaking

Informasi, resensi, review buku-buku dan Produk Lainnya & Tempat membaca cerpen

Pages

Monday, May 28, 2018

Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice Pontianak

Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice. Tidak ada yang spesial dari hari ini selain kau meminta ditemui (atau meminta bertemu?), setelah sekian lama kau mendekap di guamu. Kusebut itu gua karena malam atau siang atau pagi, selalu gelap. Sebenarnya kamarmu punya lampu yang mampu menerangi setengah lapangan sepak bola. Tetapi bola lampu itu tertidur. Mungkin untuk seribu tahun.
menu Nano-nano Juice di Jalan Gajah Mada No.140.  Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice Pontianak
Rumantic Berry (sumber @nanonanojuice)
"Aku mau ke Jakarta. Ikut turnamen." Kau senyum bangga. Kulihat kau berada di antara bahagia dan sedang pamer. Mungkin kau sedang ingin mengatakan, 'Siapa bilang seorang gamer tidak punya masa depan'. Atau 'Masih mau bilang kalau gamer tidak punya masa depan?'

Aku balas senyum. Di matamu ada tahi mata. "Tadi malam tidur jam berapa?"
"Subuh."
"Oh. Like usual."

Pesanan datang. Aku memesan Rumantic Berry, jus campuran anggur hitam+ stroberi dan rum.  
"Tumben memesan itu? Biasanya kau suka Avo-Cinno."
"Perasaan manusia, cara dia berpikir, dan tebal dompetnya saja bisa berubah. Masa selera tidak bisa?"

Dia menyesap Skincare blend miliknya. Dulu aku biasa langsung nyerocos dan menghabiskan separuh dari gelasnya. Dia tidak suka Avo-Cinno milikku, tetapi aku selalu suka bau apel,wortel dan tomat yang samar-samar dan rasa jeruk dari Skincare miliknya. Dia tidak pernah meminum jus-ku. Jadi kalau ke Nano-nano Juice, aku selalu minum segelas lebih. Segelas punyaku, setengah miliknya. Tetapi sekarang aku tidak melakukannya. Ada beberapa kemungkinan. Pertama, aku mungkin tidak lagi menyukai jus Skincare itu. Kedua, mood-ku sedang tidak baik. Kemungkinan ketiga, aku merasa tidak lagi dekat dengannya karena itu aku segan dan enggan, atau segan saja tanpa enggan, atau enggan saja tapi tidak segan. 

Seperti kata Avianti Armand dalam puisinya Buku Tentang Ruang, 'Tanganku terangkat tetapi tak bisa melambai'. Atau semua itu sedang menimpaku. Kemungkinan terburuknya adalah aku malas karena merasa dia belum gosok gigi selama dia main game. Sehingga, mungkin, ada bakteri yang menjalar dari mulutnya ke pipet dan ke jus itu. Ya, ini hanya alasan paling buruk yang pernah kubuat-buat. Jujur sajalah, aku tidak tahu kenapa aku tidak lagi menginginkan sebagian dari apa yang dia minum dan sebagian lainnya. Sebagian waktunya, sebagian perhatiannya, sebagian dari dunianya  (guanya) yang lagi tidak kumengerti.

Nano-nano juice adalah tempat favorit dia. Heartfully blended for your happiness. Kalimat sederhana yang tertulis di semua gelas, yang entah kenapa, sangat dia suka. Aku juga begitu dulu. Sekarang Nano-nano Jus adalah tempat favoritku kalau dia tidak ada. Aku ingin minum sendirian. Varian rasa yang lain yang belum pernah kucoba. Kukira selama ini, yang manis adalah yang paling enak. Diwakili Avo-Cookies dan Avo-Cinno Ternyata ada saat-saat tertentu, kita punya keinginan dan selera tinggi terhadap yang asam, yang pedas, bahkan yang pahit. Seandainya di sini ada jus mengkudu, jus cabe, atau jus daun pepaya, mungkin aku akan mencobanya juga. Dengan syarat, dia tidak ada di sini.

Aku tidak ingin mendapatkan pertanyaan itu lagi. "Tumben kamu pesan Rumantic Berry? Itukan asam, ada anggur. Biasanya kamu suka yang manis. Biasanya kamu pesan Avo-Cinno."

Dan aku malas mengulangi kalimat, "Perasaan manusia, cara dia berpikir, dan tebal dompetnya saja bisa berubah. Masa selera tidak bisa?"

"Aku juga main game sekarang. PUBG. Di handphone." Akhirnya aku berani mencoba menyinggung game.
Dia senyum. Mungkin di dalam pikirannya bilang, pemain PUBG belum memiliki turnamen untuk membuktikan mereka hebat. "Sering menang?"
Aku mengangguk. Aku sering memamerkan ini di WA-story yang tidak pernah dia baca. Aku memang main game sekarang. Setelah dia mendekap dalam guanya dan dia termasuk ke dalam barisan manusia yang berharap kalau di dunia ini hanya ada malam, listrik, dan internet. 

Satu-satunya game yang pernah kumainkan dan lumayan kusuka adalah Tetris. Kumainkan saat aku SD dulu. Setelah itu tidak pernah lagi main game. Sekarang aku main game untuk membuktikan kalau game ada untuk nafsu belaka. Nafsu untuk menang di dunia yang bukan dunia. Aku belum bisa membuktikannya walaupun aku yakin itu benar. Dan aku tahu aku tidak bisa membuktikannya kalau aku hanya main PUBG, itupun versi hp.

"Aku mau ke Jakarta Minggu ini. Sore aku mau latihan." Dilihatnya jamnya. Jus di gelasnya tidak dia habiskan. Mungkin karena perutnya terlalu terbiasa dimasuki setengah gelas jus karena setengah lainnya aku yang minum. Skincare blend itu mulai mencair. Tidak lagi sekental saat dia diletakkan di atas meja. Tetapi rasanya pasti masih enak.

"Duluan saja. Aku masih lama. Semoga beruntung."
Dia melihat ke parkiran. "Oh, iya. Kau bawa motor. Kukira aku menjemputmu tadi."
"Kau kira, kau harus mengantarku pulang." (Kenyataannya kita punya jalan masing-masing. Sekarang, setelah ini, dan mungkin seterusnya).
Dia memasang ekspresi yang sulit ditebak. Aku tak tahu apa arti ekspresi itu. Dia merasa bersalah? Entahlah. Dia tidak mengatakan apa-apa. 
Dia pulang, menyisakan setengah gelas Skincare Blend. Pelayan datang ingin mengambil dan mengemas gelas itu. 
"Jangan, Ce. Saya mau minum." (Aku akan minum sisa jus ini).

Masih ada rasa anggur dan stroberi di lidahku dan sekarang aku minum campuran lainnya. Dua rasa yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan yang sulit diartikan. Mungkin kau bisa membayangkannya. Atau kalau tidak, kau bisa mencobanya sendiri. Enak. Tetapi air mataku ingin mengalir. Heartfully blended for your happiness. Kalimat di gelas ini menghentikan niatku menangis.

Aku menunggumu untuk pulang, untuk meninggalkan tempat ini menuju guamu yang gelap, di mana hanya ada kamu, internet dan listrik. Perasaanku membaik kalau kau tidak di sini. Perasaanku diaduk-aduk oleh rasa jus yang sudah Nano-nano.

Note:

  1. Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice adalah fiksi. Tetapi di Jalan Gajah Mada No.140 memang ada Nano-nano Juice yang memiliki varian rasa seperti dalam cerita ini. 
  2. Tentang perasaan penulis pada rasa jus itu adalah relatif dan subjektif. Karena rasa suatu minuman dan makanan adalah tentang selera, keadaan hati (mood), dan keadan fisik seseorang saat mengkonsumsi sesuatu. 
  3. Deskripsi tentang tempat Nano-nano Jus juga benar tetapi tetap subjektif dari hasil imajinasi  dan pengalaman pribadi menikmati jus di sana. (Mungkin kau akan merasakan hal yang sama denganku kalau nge-jus di Nano-nano juice atau tidak. Tidak ada yang salah dengan itu.
  4.  Tempat ini tersedia wifi dan menu Nano-nano juice tersedia di Go-Food.


Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice. Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice Pontianak

Cerpen: Menunggumu di Nano-nano Juice Pontianak
Menu Nano-nano Juice Pontianak
Related Post: 

2 comments:

  1. Aku ngakak pas bacanya, menarik dan unik.Trimakasih ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kok bisa ya. Padahal ceritanya sedih 😴

      Delete