bookmark at folkd Si Parasit Lajang oleh Ayu Utami: Siapa Saya bagi Ibu Kecuali Benalu - Ningspara

Breaking

Informasi, resensi, review buku-buku dan Produk Lainnya & Tempat membaca cerpen

Pages

Monday, March 26, 2018

Si Parasit Lajang oleh Ayu Utami: Siapa Saya bagi Ibu Kecuali Benalu

Si Parasit Lajang karya Ayu Utami: Siapa saya bagi Ibu kecuali benalu. Saya pernah kenal seorang feminis Jepang. Katanya, berdasarkan riset temannya, kebanyakan perempuan Jepang yang karirnya maju tidak menikah. Dan wanita demikian umumnya tetap numpang di rumah orangtua mereka, rumah yang tak perlu mereka openi (baca: urusi- penulis) sebab ada ibu yang mengerjakan itu, dan ayah yang tak rela membiarkan anak gadisnya sendirian. Ia menyebut makhluk begini, barangkali juga dirinya sendiri, Single Parasite. Tepat! Itulah saya, si Parasit Lajang. Numpang di rumah orangtua, tak bayar listrik, pagi bermain, siang bekerja, malam menulis, tanpa mikir memberi makan anjing atau mencuci mobil. Siapa saya bagi ibu kecuali benalu? (halaman 27). 
Si Parasit Lajang karya Ayu Utami: Siapa Saya bagi Ibu Kecuali Benalu. Feminisme. Penulis perempuan Indonesia. Ayu Utmai dan alasan untuk tidak menikah.


Istilah single parasite akhirnya menjadi judul yang tepat buku ini. Berisi pemikiran feminisme ala Ayu Utami berdasarkan pengalaman pribadinya dan kritik kehidupan perkotaan yang menyoroti perempuan. Aku sendiri mengenal Ayu Utami pada saat dia diwawancarai di TVRI jaman dahulu kala. Mungkin saat itu aku masih SMP? Dia diwawancarai bersama Djenar Maesa Ayu. Sama-sama feminis, tetapi memiliki kehidupan yang boleh dikatakan terbalik. Djenar Maesa Ayu waktu itu sudah menikah bahkan memiliki cucu. Sebaliknya, Ayu Utami mengatakan bahwa dia tidak akan menikah dan tidak ingin memiliki anak. Aku ingat penggalan alasannya, "Aku mungkin bisa berikan anak-anakku pendidikan yang baik dan semua yang baik. Tetapi aku tidak bisa memberikan alam yang baik untuk mereka." Dan saat itulah aku mengatakan dalam hati, "Oh my God, I love this woman." Buku pertama Ayu Utami yang kubaca adalah Saman. Tokoh utamanya seorang pastor muda yang akhirnya dikejar-kejar pemerintahan Soeharto karena dianggap pemberontak. Dalam pelariannya, si Pastor menjadi orang awam. Bukan lagi imam yang hidup dalam kesucian. 
Kesalahan perempuan adalah karena dia terlalu santun, karena takut tak sopan. Gambar itu sungguh tipikal asketisme dan puritanisme dalam dunia patriakal. Sebagaimana pernah terjadi pada Gereja, yang berpuncak pada abad pertengahan, para teolog dan bapa gereja mulai mendefinisikan perempuan sebagai penyebab jatuhnya manusia (maksudnya laki-laki) pada dosa. Sehingga perempuan atau apapun namanya harus dipisahkan dari dunia publik (yaitu dunia lelaki). Tubuhnya tak baik terlihat sebab mengandung godaan (bagi lelaki).

Oke, kembali ke Si Parasit Lajang ini. Jadi pada awalnya Ayu Utami memang mengatakan tidak akan menikah. Banyak alasannya. Tetapi kembali, nanti, di buku Ayu Utami yang lainnya dia memutuskan untuk menikah. Buku ini sebenarnya kumpulan kolom yang pernah diterbitkan dalam berbagai media baik koran maupun majalah. Bahasanya njleb. Kadang bikin mati kutu sejenak untuk merenungkan dan mengakui: Ya, yang ini memang terjadi pada perempuan! Aku pun merasakannya.

Ayu Utami memaparkan kritiknya terhadap semua yang mungkin terjadi pada di sekitar kehidupan perempuan. Mulai dari minuman keras, seks, salon-salon kecantikan, pernikahan, karir, Tuhan, apa saja. Karena itulah 'celotehan' Ayu Utami ini dianggap penting dan menjadi best seller ketika tahun pertama buku ini diterbitkan Bentang.

Si Parasit Lajang oleh Ayu Utami: Siapa Saya bagi Ibu Kecuali Benalu. Feminisme Indonesia oleh penulis Indonesia. Kritik Ayu Utami terhadap hal-hal yang terjadi di sekita perempuan.
Pernikahan itu bukah harus, melainkan perlu. Perlunya ya bagi yang membutuhkan saja - Si Parasit lajang karya Ayu Utami

Contohnya dalam kolom berjudul Barbie Barbie Barbie Ayu Utami menulis, "Sebagai korban Kapitalisme, saya mendukung operasi plastik. Lepas dari saya setuju atau tidak dengan ideal kecantikan yang ditawarkan Barbie. Bukankah alam tidak adil, karena menciptakan yang satu memenuhi kriteria cantik dan yang lainnya tidak? Bedah plastik adalah sebuah cara yang memberi kesempatan pada yang teralienasi (atau yang merasa terpinggirkan) untuk menjadi salah satu yang utama dalam sistem nilai yang tidak adil itu. 

Jadi, orang sekelas Ayu Utami tidak mempermasalahkan jika ada seorang wanita yang operasi plastik. Karena perempuan (di sebagian negara lainnya, laki-laki juga banyak yang bedah plastik), dipaksa  oleh sistem nilai yang ada dalam masyarakat untuk mengikuti standar kecantikan yang disebut Barbie itu. Begitu juga tentang penggunaan produk-produk kecantikan yang berseliweran tetapi ternyata mengandung Merkuri. Alih-alih putih, wajahpun jadi rusak. Perempuan berlomba-lomba mengikuti sistem nilai, tetapi karena tidak cermat, akhirnya merugikan diri sendiri. Hal-hal yang beginian menjadi bidang Ayu Utami untuk dikritik. 
Lagi pula, setelah acara Waris Dirie kemarin, saya jadi yakin bahwa manusia butuh menyembah sesuatu yang tidak rasional. Buat saya, lebih baik berlangganan Tuhan yang teruji ribuan tahun daripada menyembah merk baru.

Tentu saja Ayu Utami menuliskan 'tuhan' bukan 'Tuhan'. Saya menggantinya menjadi 'Tuhan' karena menurut kaedah penulisan Bahasa Indonesia yang benar, memang 'Tuhan'.  Kebanyakan penulis seperti Ayu Utami (contoh lainnya banyak di puisi) memang terlihat enggan menggunakan hurut 'T' kapital untuk mengawali kata 'Tuhan'. Mungkin bagi mereka karena Tuhan adalah objek saja. Tentu kita tidak perlu mempercayai semua hal yang diungkapkan orang yang kita idolakan. Saya penggemar Ayu Utami, tetapi saya tidak perlu menjadi dia untuk menyukainya. Oya, menurut saya, Tuhan memang objek. Tetapi Tuhan juga subjek (mana tahu ada penasaran dengan pendapat saya tentang Tuhan. Hehe.)  

Identitas Buku:
Judul / Si Parasit Lajang
Penulis / Ayu Utami
Penerbit / KPG (Kepustakaan Popular Gramedia)
Cetakan ke -4 / 2015
Halaman / 195
Bagian isi / 4 Bagian besar yaitu Kedai, Rumah dan Perjalanan.

No comments:

Post a Comment