bookmark at folkd Cerpen: Kepada Mr. Coffee Colored Eyes di Tempat - Ningspara

Breaking

Informasi, resensi, review buku-buku dan Produk Lainnya & Tempat membaca cerpen

Pages

Wednesday, March 28, 2018

Cerpen: Kepada Mr. Coffee Colored Eyes di Tempat

Cerpen: Kepada  Mr. Coffee Colored Eyes di Tempat oleh Ningspara. Coba lihat dirimu dalam cermin. Apakah kau juga mengaguminya? Lihat matamu. Oh, warnanya. Seperti bubuk kopi yang belum diseduh. Lepas coklat, tetapi bukan juga hitam. Bolehkah kunamai kau Mr. Coffe Colored eyes? Karena matamu adalah kafein yang membuat adenosinku porak poranda. Jangan beranjak dulu dari matamu, coba lihat semakin dalam. Lepas dulu kaca matamu. Coba perhatikan lebih dalam lagi. Mungkin senyawa pembentuknya berbeda dengan mata-mata lainnya. Sebuah senyawa yang hanya terletak di telunjuk Tuhan, yang disimpan di sana sebelum kau turun ke bumi. Apakah kau pernah membawa air matamu ke laboratorium? Mungkin bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Matamu hening bening bercahaya. Tak perlu dia berkata-kata menganggarkan dirinya,  dia sudah indah sejak semula.
Cerpen: Kepada Mr. Coffe Colored Eyes di Tempat oleh Ningspara
Harry Style. Source: Pinterest
Lalu perlahan, tersenyumlah. Semua yang indah lainnya ada di dalam senyummu. Waktu kau tersenyum, apakah kau mengingatku? Aku selalu menghindar memperhatikan senyummu, aku tak tahan. Aku bisa menangis karena ingin memilikinya bersamaku. Kau tahu, aku ingin memilikinya.  Menyentuh senyummu lalu memotretnya untuk kuabadikan dan kusimpan di kantong belakang jeansku dan kutempel di samping rak bukuku. Tetapi semua itu tidak bisa kulakukan. Aku terlalu pengecut unuk itu. Melihatnya saja aku tidak mampu. 

Kulitmu, semuanya berwarna kopi. Kali ini warnanya agak kecoklatan. Mungkin dia terbuat dari campuran kopi hitam dan kopi putih. Aku penasaran apakah kulitmu juga berbau kopi. Ingin rasanya mendekatkan hidungku ke sana. Ah, kupikir setiap kali aku ingin melakukannya aku akan tiba-tiba pilek dan indra penciumanku berantakan. Ini karena sebagian otakkku berkata 'jangan' dan sebagian lagi sangat 'ingin'. Tetapi yang berkata jangan lebih kuat sehingga dia berusaha sekuat tenaga untuk memerangi yang berkata ingin itu. Kau tahu, yang berkata jangan itu seperti anti-bodi. Dan yang berkata ingin itu dianggapnya virus. Jadi tubuh akhirnya memproduksi ingus untuk melawan. Kalau kau tahu cara kerja anti-body, mungkin kau akan paham maksudku. 

Kopi. Semuanya kopi. Suaramu juga terdengar seperti kop saat ia diseduh. Saat air panas menyentuh gelas yang berisi bubuk-bubuk kopi. Mereka retak, bergesekan, mengeluarkan suara. Cair bersatu dengan bubuk padat. Indah terdengar. Kau juga terdengar seperti kopi yang disesap oleh penikmatnya. Seperti minum surga. Begitulah kau terdengar. Aku pengagummu. Kau tahu itu? Pengagum berat. Adakah di luar sana yang begitu mengagumimu seperti aku? Kalau ada, itu wajar saja sih menurutku. Tetapi apadakah di luar sana yang kau kagumi seperti aku mengagumimu? Kalau iya, aku pasti sangat sedih. Siapa dia? Aku tidak ingin tahu. Aku takut aku akan menganggapnya virus untukmu dan akhirnya aku memproduksi ingus untuk melawannya. Aku ingin melindungimu. Jangan menyukainya. Dia virus untukmu.

Cerpen: Kepada Mr. Coffe Colored Eyes di Tempat oleh Ningspara. Cerita pendek tentang kopi dan mengagumi seseorang
Kopi. Semuanya kopi. Suaramu juga terdengar seperti kopi yang merdu saat ia diseduh. Sumber: Pinterest.

Aku dulu selalu bertanya-tanya, untuk apa semua yang indah di dunia ini? Langit yang berbintang-bintang, lautan, taman yang dipenuhi pepohonan yang rindang, musik-musik yang indah. Untuk apa semua itu? Sekarang aku tahu. Semua itu diciptakan Tuhan untukmu. Untuk menghiburmu, menemanimu, memanjakanmu, menjagamu, membuatmu merasa dicintai walaupun sebenarnya aku sudah ada untuk mencintaimu. 

Tidak perlu kau mengetahui aku begitu mengagumimu. Tidak! Aku sungguh tidak ingin. Tidak akan ada gunanya. Tidak untukku, tidak untukmu. Aku akan pergi suatu saat. Aku akan meninggalkanmu dan kuharap jika saat itu datang, aku bisa melupakanmu. Aku tidak sedang terluka walau kadang-kadang menangis membayangkan betapa sedihnya jika aku tak melihatmu lagi. Aku hanya sangat bahagia sekarang. Tanpamu, dengan mengagumimu saja aku bahagia. Aku tak bisa membayangkan kalau aku akhirnya memiliki matamu dan senyummu, mungkin aku bisa mati saking bahagianya.

Hiduplah dengan tenang, dengan bahagia. Aku akan mendoakan semua yang terbaik untukmu. Tidak perlu memikirkanku, sangat tidak perlu. Aku bahagia sudah bisa menemukan ciptaan seindah kamu. Aku bahagia karena dengan mengenalmu, aku bisa menulis tulisan ini. Maaf jika tulisan tentangmu ini tidak seindah kamu yang sebenarnya. Manusia katanya hanya bisa berusaha. Aku sudah berusaha sebaik mungkin. Kalau kau marah karena tulisan ini tidak seindah kamu, aku mungkin akan berhenti menulis. 


Kepada:
Mr. Coffee Colored Eyes
di,
Tempat

Tulisan ini juga diinspirasi oleh lagu 'Yellow' oleh Coldplay.


Baca juga cerpen: 

Menunggumu di EIS Coffe Cafe Pontianak

No comments:

Post a Comment