bookmark at folkd Bubble Filter Itu Baik - Ningspara

Breaking

Informasi, resensi, review buku-buku dan Produk Lainnya & Tempat membaca cerpen

Pages

Saturday, July 10, 2021

Bubble Filter Itu Baik

Apa kamu pernah mencari-cari baju baru di akun toko online sosial  media seperti instagram? Kemudian, tidak lama dari itu, sejumlah ads atau iklan akun toko online bersponsor berlewatan di time line-mu. Atau kamu berselancari di Youtube mencari gosip terkait artis X. Lalu beranda Youtubemu langsung dipenuhi info terkait artis tersebut atau yang berkaitan. Itu akibat alat yang disebut Bubble filter.


Secara sederhana, bubble filter adalah pengaturan algoritma di media sosial. Di mana aplikasi sosial media yang kita gunakan menyesuaikan topik-topik yang disukai oleh pengguna. Informasi terkait topik-topik ini  menjadi alat untuk merekomendasikan konten tertentu, yang akan muncul di beranda, timeline, dan di bagian explore pengguna. 

Konten yang muncul (direkomendasikan) adalah konten yang mirip dengan topik yang sering disukai, dilihat, dikomen oleh kita sebagai warga internet. 

Sistem ini sangat zenius. Membawa dampak positif dan negatif. Aku menyarankan dan mendorong teman-teman membaca dampak negatif filter bubble di media lain yang sudah banyak mengulas.

Lalu apa positifnya?

Aku adalah pengguna aktif youtube. Banyak hal kupelajari dari Youtube. Bahkan kadang kesulitan mendapatkan kata kunci yang kuinginkan. Tetapi akhirnya Youtube membantuku menemukan konten-konten yang kubutuhkan. 

Belakangan aku suka mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan otak. Bagaimana otak mendapatkan energi, otak mengontrol tubuh, otak ketika tidur, otak  ketika kekurangan tidur, dan lain sebagainya. Awalnya aku hanya  masuk ke akun Ted.Ed. Kemudian Filter Bubble Youtube menyarankan akun-akun lain yang membahas topik serupa atau relevan, dan aku jadi punya sejumlah tempat belajar. Ini adalah berkat bantuan filter bubble. 

Bahayanya adalah ketika di awal kamu mencari konten yang negatif. Katakanlah akun gosip, film-film yang abusive, porno, atau lainnya. Awalnya hanya berniat menonton satu. Tetapi selanjutnya keterusan karena filter bubble akan menyarankan pengguna, untuk mengonsumsi berbagai video negatif dan kecanduan. Secara tidak langsung, filter bubble ini memaksa kita, lagi dan lagi. 

Sisi negatif  lainnya silahkan dibaca di media lain

Bagaimana jika sudha kecanduan?


Saranku, dalam eksplorasi di sosial  media, pengguna harus memiliki kesadaran secara penuh. Jika di awal kamu iseng membuka konten negatif dan akhirnya kecanduan karena dorongan filter bubble, maka gantilah topik pencarianmu dengan segera agar sosial media turut mengganti filter bubblenya juga.

Kedua, catatlah dengan berkala juga waktu yang kamu habiskan untuk eksplorasi. Ini menyangkut pada caramu menggunakan waktu dengan bijak. Hal ini akan membantu untuk menyadari bahwa eksplorasi konten di sosial media terlalu banyak membuang waktu. Ini juga akan membantumu berhenti dan mencegah kamu ketagihan. 

Kesadaran dalam bersosial media, itulah yang utama. Menu, tools, aplikasi, dan yang lainnya seperti halnya filter bubble adalah alat yang bisa membantu pengguna, apabila penggunanya punya kesadaran yang baik dalam penggunaannya. Tetapi juga bisa menjerumuskan.

Jadi, kamu sering eksplore konten apa akhir-akhir ini? Apakah kamu sedang mencari konten yang bisa membantumu menakhlukkan hati doi? 

No comments:

Post a Comment